Andri Why.com – Tunjuk sebut adalah salah satu dari sekian banyak prosedur keselamatan kereta api. Baik yang diterapkan di Indonesia maupun di berbagai negara lain di dunia.
Penerapan praktik tunjuk sebut sendiri biasanya dilakukan oleh petugas yang mengoperasikan kereta api, yaitu masinis dan asisten masinis.
Namun, belakangan tunjuk sebut juga wajib dilakukan oleh petugas lain seperti kondektur, PPKA, petugas langsir, petugas penjaga pintu perlintasan, serta beberapa petugas lainnya.
Tunjuk sebut sendiri dapat didefinisikan sebagai prosedur keselamatan kerja yang dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan dengan menunjuk indikator penting sembari menyebutkan statusnya.
Baca Juga: Orang Tertabrak Kereta Api, Bisakah Menuntut Masinis?
Meski telah menjadi prosedur wajib keselamatan kereta api, ternyata munculnya praktik tunjuk sebut ini berawal dari peristiwa yang tidak direncanakan sebelumnya.
Berikut adalah sejarah singkat munculnya budaya praktik tunjuk sebut sebagai prosedur wajib keselamatan kereta api.
Sejarah Singkat Tunjuk Sebut
Pada mulanya, praktik tunjuk sebut ini pertama kali muncul di Negeri Matahari Terbit (Jepang), yang biasa dikenal dengan sebutan Yubishasi Kanko atau Shisha Kanko.
Tunjuk sebut di Jepang sendiri sudah diterapkan oleh pegawai kereta api sejak lebih dari 100 tahun yang lalu.
Berawal dari seorang masinis lokomotif uap bernama Yasoichi Hori, yang pada suatu hari mengalami sakit mata sehingga pandangannya sedikit terganggu.
Meski mengalami sakit dan gangguan pada pandangannya, Hori tetap tidak meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai masinis.
Baca Juga: Mengenal Sistem Block Signalling Kereta Api, Faktor Penting Penjamin Keselamatan
Dalam tugasnya mengoperasikan kereta api, Yasoichi Hori saat itu menyebutkan status aspek sinyal (aman, hati-hati atau berhenti) kepada rekan kerjanya yang bertugas sebagai asisten masinis. Hal itu ia lakukan untuk memastikan bahwa status aspek sinyal yang dilihatnya benar.
Asisten masinis yang ketika itu mendampingi Hori, setelah mendengar sang masinis menyebutkan status sinyal, kemudian membalas dengan menyebutkan kembali status sinyal tersebut.
Apabila status sinyal yang disebutkan asisten masinis sama dengan yang ia sebutkan, maka status sinyal yang Hori lihat benar.
Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa praktik sebut dan jawab yang dilakukan oleh Hori ini sangat efektif untuk mengurangi risiko kesalahan dalam bekerja.
Hingga pada tahun 1913, praktik sebut dan jawab (Kanko Oto) ini kemudian dikenalkan secara resmi dalam panduan dinas petugas kereta api di Jepang. Saat itu praktik tunjuk masih belum diterapkan.
Kemudian pada sekitar tahun 1925, praktik tunjuk mulai dikenalkan dan kedua praktik tersebut, yaitu tunjuk dan sebut dikombinasikan.
Pada tahun yang sama pula, praktik tunjuk dan sebut ini diwajibkan penerapannya kepada seluruh perusahaan transportasi di Jepang.
Penerapan Tunjuk Sebut di Indonesia
Di Indonesia sendiri, penerapan praktik tunjuk dan sebut ini baru dilakukan sekitar tahun 1990-an.
Saat itu, yang pertama kali menerapkan adalah PT. KCJ (Kereta Commuter Jabodetabek) atau yang saat ini berubah nama menjadi PT. KCI (Kereta Commuter Indonesia), yaitu salah satu anak perusahaan dari PT. KAI (Persero).
Kemudian pada perkembangan selanjutnya, yaitu sekitar tahun 2016 hingga 2017 praktik tunjuk sebut ini mulai dikenalkan dan diterapkan oleh semua perusahaan group PT. KAI (Persero).
Tak hanya di lingkungan PT. KAI beserta anak perusahaannya saja, beberapa perusahaan kereta api di Indonesia saat ini juga sudah menerapkan praktik tunjuk sebut sebagai prosedur wajib keselamatan kereta api.
Beberapa perusahaan yang sudah menerapkan praktik tunjuk sebut ini diantaranya PT. MRT Jakarta, PT. LRT Jakarta, PT. Celebes Railway Indonesia (CRI) dan beberapa perusahaan kereta api lainnya.
Manfaat Praktik Tunjuk Sebut
Penerapan praktik tunjuk dan sebut ini telah terbukti efektif mengurangi risiko kesalahan dalam bekerja.
Hal itu sebagaimana disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Railway Technical Research Institute pada tahun 1994.
Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa praktik tunjuk dan sebut dapat mengurangi risiko human error hingga 85% dalam kegiatan sederhana, yaitu dari 2,38 kesalahan per 100 aksi menjadi 0,38 kesalahan per 100 aksi.
Selain itu, gerakan menunjuk dan menyebutkan status indikator juga membantu menjaga konsentrasi petugas dengan aktifnya otak, mata, tangan, mulut serta telinga dalam waktu yang bersamaan.
Itu tadi artikel singkat tentang sejarah munculnya praktik tunjuk sebut sebagai prosedur wajib keselamatan kereta api.(*)