Perjalanan dunia telah membawa berbagai perubahan, memunculkan inovasi serta ide-ide baru yang meresap pada berbagai kegiatan dan kebiasaan manusia.
Perubahan demi perubahan telah membawa manusia sebagai makhluk individu menjadi masyarakat yang berkelompok. Dari masyarakat berburu dan meramu, menjadi masyarakat bercocok tanam, yang belakangan bahkan telah berevolusi menjadi masyarakat industri dan digital.
Dari berbagai perubahan-perubahan tersebut, salah satu yang membawa dampak besar bagi kehidupan adalah ideologi.
Ideologi inilah yang kemudian menjadi landasan atau pondasi seseorang dalam menjalani kehidupannya. Bahkan, ideologi inilah yang nantinya akan menjadi dasar dalam menjalankan suatu sistem bernegara.
Baca Juga: Manusia adalah Makhluk Dinamis dan Inkonsisten
Salah satu ideologi besar yang ada di dunia saat ini yaitu kapitalisme, dimana setiap orang diberi kebebasan penuh untuk mengendalikan kegiatan ekonominya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kapitalisme secara tidak disadari juga telah merasuk menjadi ideologi yang mendasari kehidupan manusia di seluruh dunia sekarang ini. Mulai dari ekonomi, sosial, politik, serta berbagai aspek kehidupan lainnya.
Kalau penulis boleh berpendapat, mungkin ada lebih dari 70% aspek kehidupan masyarakat dunia telah dipengaruhi oleh ideologi ini. Entah itu dalam sistem pemerintahan negara, ataupun dalam sistem ekonomi, kebiasaan serta perilaku.
Namun, sebagaimana hasil dari pemikiran manusia lainnya, ideologi kapitalisme ini juga jauh dari kata sempurna. Pasti ada saja hal-hal yang menjadikan ideologi ini kurang tepat, atau bahkan justru buruk bagi suatu golongan masyarakat tertentu.
Pendapat yang demikian itu bisa muncul seiring dengan munculnya kelompok masyarakat yang menjadi korban dari ideologi kapitalisme ini.
Kelompok masyarakat korban kapitalisme yang pertama, sebagaimana telah kita ketahui bersama yaitu golongan buruh, pekerja, perempuan, dan golongan masyarakat tertindas lainnya, atau yang kerap kali disebut dengan golongan masyarakat proletar. Kelompok masyarakat inilah yang kemudian membentuk gerakan ekstrim penentang kapitalisme, yaitu komunisme.
Baca Juga: Ketidaktahuan adalah Berkah
Akan tetapi, di zaman sekarang kalau kita renungkan bersama, justru korban dari tindak kesewenangan kapitalisme sudah mulai dapat dikendalikan. Tidak seperti yang terjadi pada zaman kakek nenek kita dulu, ya walaupun belum bisa dikatakan hilang sama sekali.
Korban-korban kapitalisme di zaman sekarang, berdasarkan hemat penulis sudah mengalami pergeseran. Dari yang mulanya berupa penindasan secara frontal dan terang-terangan, berubah menjadi penindasan secara struktural melalui budaya dan kebiasaan. Bahkan, kerap kali masyarakat tidak menyadari kalau mereka telah menjadi korban dari sistem kepitalisme ini.
Di zaman sekarang, korban dari praktik kapitalisme bukan lagi masyarakat komunis, namun korban sesungguhnya dari kapitalisme adalah masyarakat konsumtif.
Kapitalisme telah membawa pengaruh besar bukan hanya pada sistem politik, sosial dan ekonomi saja, akan tetapi juga pada perilaku dan psikologi masyarakat.
Kita sebagai masyarakat seolah-olah dituntut untuk terus bekerja dan bersaing untuk mengumpulkan sebanyak mungkin materi. Tak selesai sampai disitu, kapitalisme juga secara tidak kita sadari telah membentuk perilaku masyarakat yang terlampau konsumtif, alih-alih produktif.
Masyarakat sekarang dibuat seakan-akan mereka harus menjadi yang paling kaya, terlihat paling berpunya, mewah, dan eksklusif. Hal inilah yang belakangan mengakibatkan ketergantungan akan validasi, meskipun harus menggadaikan apapun yang mereka miliki. Termasuk juga kehormatan diri sendiri.
Berhutang, berjudi, mencuri, hingga jual diri seolah-olah telah menjadi hal lumrah di zaman sekarang. Semua itu tentu hanya untuk mencari validasi dari orang lain, walaupun sebenarnya tidak ada yang benar-benar memerhatikannya.
Tak heran, banyak masyarakat menengah kebawah yang sulit untuk keluar dari jeratan kemiskinan. Bahkan mereka justru berpotensi untuk semakin jatuh miskin. Ya karena mereka sudah terjebak dan menjadi korban struktural dari sistem kapitalisme tadi.
Kaum menengah kebawah ini cenderung lebih ingin terlihat kaya, alih-alih melakukan upaya untuk benar-benar menjadi kaya.
Jika hal seperti itu terus dibiarkan, maka akan semakin banyak masyarakat yang menderita tanpa bisa berbuat apa-apa. Lalu, bagaimana cara mengatasi situasi ini?
Sebenarnya ada banyak sekali cara dan solusi untuk mengurangi dampak buruk yang berkelanjutan dari jebakan sistem kapitalisme ini. Namun, kunci dari semua cara tersebut adalah diri kita sendiri. Apakah kita bisa mengendalikan diri dari godaan untuk mencari validasi atau tidak.
Selain itu, sifat FOMO (Fear of Missing Out) atau takut ketinggalan momen juga perlu dikendalikan. Jangan latah dan tergesa-gesa dalam memutuskan suatu tindakan. Terutama tindakan yang berhubungan dengan pembelian.
Penutup
Itulah tadi sedikit artikel tentang korban-korban kapitalisme. Semoga bisa dipahami dan dapat membawa manfaat untuk kita semua.
Mari kita renungkan bersama, apakah kita sudah benar-benar hidup di atas dunia, atau malah justru dunia yang mengangkangi kita, mengatur hidup kita, dan mengendalikan pikiran serta tindakan kita.
Ada baiknya kita lebih bijak lagi dalam mengatur hidup kita, keuangan kita, sikap kita terhadap sesuatu, dan juga pikiran kita.
Jangan sampai apa yang kita lakukan justru akan menjebak dan menjerumuskan kita ke dalam jurang kesengsaraan.
Sedikit disclaimer, tulisan ini tidak berdasarkan pada sumber akademik yang jelas. Semua yang tertulis murni berasal dari pemikiran penulis, berdasarkan dari perenungan dan olah pikir penulis terhadap situasi sosial yang terjadi belakangan ini.
Semoga tulisan di atas dapat menjadi refleksi kita bersama dalam menyikapi kehidupan dunia ini. Demikian dari penulis, jika ada yang perlu didiskusikan silakan langsung corat-coret di kolom komentar. Terima kasih.(*)