Halo rekan-rekan pembaca sekalian. Semoga kesehatan dan keselamatan selalu menyertai kita semua.
Kali ini penulis lagi-lagi mendapatkan pemikiran yang bisa dibilang agak nyeleneh. Tapi sebenarnya agak ada benarnya juga.
Entah kenapa penulis berpikir bahwa ternyata kebodohan atau lebih tepatnya ketidaktahuan adalah suatu berkah.
Kenapa bisa begitu mas penulis? Di artikel ini akan coba penulis jabarkan pelan-pelan.
Pada dasarnya, manusia terlahir dibekali dengan akal dan nafsu. Dari kedua hal itulah muncul rasa penasaran atau keingintahuan.
Baca Juga: Ilmu Tuhan Itu Luas
Rasa penasaran dan keingintahuan manusia yang tidak terbendung, pada akhirnya akan memunculkan suatu pengetahuan.
Sayangnya, tidak semua pengetahuan (sesuatu yang diketahui) oleh manusia itu bisa memberikan manfaat. Malah justru bisa jadi semakin menambah beban dari manusia itu sendiri.
Rasa keingintahuan yang sangat besar (atau bahkan mungkin berlebihan) inilah yang akhirnya akan membawa bencana pada diri manusia.
Sedikit bercerita. Suatu ketika ada seorang pekerja yang bekerja di suatu perusahaan. Sebut saja si A. Sebelumnya, memang sudah ada teman satu kelasnya dulu yang juga bekerja di perusahaan yang sama. Sebut saja temannya ini si B.
Nah, selisih antara si B dan si A ini masuk ke perusahaan tersebut hanya 6 bulan kerja.
Awalnya mereka berdua baik-baik saja, bahkan mereka juga tinggal di satu rumah sewa yang sama.
Hingga pada suatu saat perusahaan memberikan bonus kepada pegawainya, dan si B yang merasa sangat senang langsung berkata ke si A “Eh… Kluntingan bro, ada bonus masuk ini..”
Sayangnya, pada saat si A memeriksa akun M-Banking miliknya, ia tidak menemukan ada tanda-tanda salso masuk. Ternyata bonus tersebut diberikan berdasarkan masa kerja pegawai. Dan kebetulan memang masa kerja si B lebih lama daripada si A.
Pada saat itulah si A merasa sedikit murung, ya meskipun dia menyadari bahwa hal itu memang wajar. Dia tahu kalau dirinya memang masih baru saja bergabung di perusahaan tersebut.
Cerita lain datang dari sebuah proses rekrutmen di suatu perusahaan.
Saat itu banyak sekali pemuda yang membutuhkan pekerjaan, berusaha dengan keras untuk bisa diterima di perusahaan tersebut.
Baca Juga: Berhenti Menyalahkan Dunia! Dirimulah yang Menyusahkan
Pada waktu sudah pengumuman akhir, ternyata ada beberapa orang yang bahkan tidak ada saat proses seleksi, tapi justru muncul sebagai pegawai baru.
Usut punya usut ternyata dia adalah orang yang memang direkomendasikan oleh eksekutif perusahaan untuk turut mengisi formasi yang kosong.
Pegawai baru lain yang mengetahui hal itu tentu merasa sangat syok dan dizolimi, mereka telah berusaha mati-matian mengikuti seleksi malah ada orang yang dengan gampanngnya langsung masuk tanpa tahapan seleksi sama sekali.
Ya walaupun jalur rekomendasi memang sah dan merupakan hal yang wajar untuk diterapkan pada proses rekrutmen perusahaan.
Poin masalah dari kedua cerita di atas adalah pengetahuan si A akan perbedaan pemberian bonus dan pengetahuan si pegawai baru jalur seleksi terhadap pegawai baru jalur rekomendasi.
Coba misalkan si A tidak tahu kalau ada bonus yang dibagikan perusahaan kepada pegawainya, dan si pegawai baru jalur seleksi tidak tahu kalau ada pegawai baru lain yang masuk tanpa melewati seleksi.
Pasti tidak akan ada sesuatu yang membuat mereka syok, yang akhirnya justru hanya akan menambah beban mental mereka.
Disinilah nafsu bergerak, muncul dari hati seperti apa nafsu tersebut? Respon seperti apa yang akan diberikan hati kepada pengetahuan atas dua cerita di atas?
Hati yang bersih akan menjadikan dua pengetahuan di atas sebagai bahan evaluasi dan pemicu semangat untuk menjadi lebih baik lagi. Namun hati yang kotor hanya akan memunculkan rasa iri dan dengki.
Kesimpulan Penulis
Pada akhirnya penulis ingin menyampaikan bahwa pengetahuan atau rasa ingin tahu yang terlampau tinggi akan memberi dua efek pada diri manusia. Tergantung dari respon hati kita terhadap pengetahuan tersebut.
Apabila hati kita bersih dan lapang, maka akan memberikan respon positif berupa motivasi dan evaluasi diri. Sementara jika hati kita masih kotor dan belum bisa dikendalikan justru hanya akan memberi beban mental untuk diri kita.
Baca Juga: Jangan Sombong! Kamu Bukan Siapa-siapa Sampai Ada yang Mengenalmu
Oleh karena itu, jika kita merasa hati kita masih kotor dan belum bisa dikendalikan, ada baiknya untuk jangan terlalu ingin tahu terhadap sesuatu yang tidak seharusnya kita ketahui.
“Lebih sedikit yang kita tahu, akan lebih baik.” Kalimat tersebut mungkin tepat untuk kita terapkan jika hati kita masih kotor dan belum bisa dikendalikan, tetunya untuk menjaga kesehatan mental kita juga.
Disclaimer
Pada tulisan ini, penulis hanya ingin menyampaikan pemikiran dan keresahan hati penulis saja. Dan kedua cerita yang penulis sampaikan di atas adalah murni dari hasil karangan penulis. Tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa, tempat atau tokoh apapun di kehidupan nyata.
Apablia ada kesesuaian cerita di atas dengan peristiwa di dunia nyata, maka itu hanyalah kebetulan belaka.
Demikian yang dapat penulis sampaikan pada tulisan kali ini, semoga bisa memberi manfaat kepada kita semua.
Apabila ada salah dan kurang penulis mohon maaf. Jika ada yang ingin didiskusikan atau dikritisi silakan corat-coret di kolom komentar. Terima kasih.(*)