Mr. Hiiragi’s Homeroom. Ya, itulah film yang saya tonton beberapa waktu lalu. Film yang menurut saya cukup menarik dan sangat relate untuk kehidupan saat ini.
Film Mr. Hiiragi’s Homeroom sendiri merupakan salah satu drama Jepang dengan genre misteri yang dirilis pada tahun 2019 lalu.
Meskipun mungkin sudah terlambat untuk membahasnya, namun menurut saya film Mr. Hiiragi’s Homeroom ini masih sangat menarik untuk dibicarakan. Maka, kali ini saya akan mencoba untuk membuat sinopsis tentang film tersebut, yang di dalamnya juga mengandung tentang bahaya cyberbullying.
Baca Juga: Hantu Kisut: Sosok Bayangan Aneh dari Pacitan
*Spoiler Alert: Sebelumnya mohon maaf, di dalam artikel ini mungkin akan mengandung sedikit spoiler tentang serial drama yang sedang dibahas.
Sinopsis
Drama garapan Noko Komuro, Yuma Suzuki, Itaru Mizuno dan Shogo Muto ini terdiri dari 10 episode yang diperankan oleh aktor dan aktris terkenal Jepang.
Beberapa pemeran dalam serial drama ini di antaranya Masaki Suda sebagai Ibuki Hiiragi, Mei Nagano sebagai Sakura Kayano, Nana Mori sebagai Runa Horibe, dan Moka Kamishiraishi sebagai Reina Kageyama.
Serial drama Mr. Hiiragi’s Homeroom menceritakan tentang seorang guru seni sekaligus wali kelas 3A bernama Ibuki Hiiragi, yang sudah mulai mengajar di sebuah sekolah menengah selama dua tahun.
Selama ia mengajar di sekolah tersebut, Hiiragi menemui siswa asuhannya yang sangat tidak sopan, bahkan bisa dibilang tidak bermoral dan cenderung meremehkan dirinya sebagai seorang guru.
Baca Juga: Legenda Troll, Manusia Batu dari Skandinavia
Di kelas tempatnya mengajar, tepatnya 10 hari sebelum hari kelulusan Hiiragi masuk dan berdiri di depan 29 muridnya, kemudian ia mengatakan bahwa mulai saat itu mereka adalah sandera.
Tak lama kemudian, sebuah ledakan terdengar dan membuat seisi sekolah panik.
Saat akan melarikan diri, seluruh siswa kelas 3A terhalang oleh reruntuhan bangunan yang menutupi lorong kelas, sehingga membuat mereka terjebak. Ternyata, ledakan tersebut adalah bagian dari rencana Hiiragi.
Dalam situasi dan kondisi mencekam seperti itu, Hiiragi kemudian memulai kelasnya dan menanyakan kepada 29 siswa tentang kematian Reina.
Perlu diketahui sebelumnya, Reina sendiri adalah salah satu siswi di kelas 3A yang meninggal pada tahun lalu.
Hiiragi kemudian memberi kesempatan kepada murid-muridnya untuk berdiskusi dan menunggu jawabannya sampai jam 8 malam. Jika jawaban yang diberikan salah, maka akan ada yang meninggal.
Hiiragi menunjuk Sakura Kayano sebagai perwakilan kelas untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Selain itu, Hiiragi juga memberitahukan perbuatannya tersebut kepada Gunji, seorang polisi. Serta memberi peringatan kepada polisi dan para guru yang ada di luar untuk mengikuti semua instruksinya agar tidak ada korban.
Mendekati jam 8 malam, Hiiragi menagih jawaban atas pertanyaannya kepada Sakura sebagai perwakilan kelas. Namun, karena jawaban Sakura salah, maka ada satu murid yang terpaksa harus dibunuh.
Pada hari berikutnya, Hiiragi memberi tugas baru untuk mencari tahu siapa orang yang telah menyebarkan video tentang Reina yang menggunakan doping. Sebagai petunjuk, ia juga menampilkan beberapa screenshot tulisan di media sosial mind voice yang mengomentari Reina terkait dengan video tersebut.

Hiiragi memberi waktu hingga jam 8 malam agar orang yang menyebarkan video mengakui perbuatannya, dan bila tidak ada yang mengaku maka akan ada orang yang meninggal lagi.
Keadaan semakin menegangkan. Namun, hingga waktu hampir habis tidak ada yang mengaku telah menyebarkan video Reina tersebut.
Hari demi hari terus berlangsung, dengan situasi yang semakin menegangkan. Membuat orang tua, guru, dan polisi panik. Bahkan jagad dunia maya ramai memperbincangkan peristiwa penyanderaan tersebut.
Usut punya usut, aksi penyanderaan dan berbagai macam tugas-tugas aneh serta ancaman-ancaman yang dilakukan Hiiragi kepada murid-muridnya tersebut adalah untuk memberikan pelajaran kepada mereka.
Hal itu dilatarbelakangi oleh meninggalnya salah satu murid bernama Reina Kageyama, akibat dari tersebarnya video yang menunjukkan dirinya menggunakan doping saat mengikuti kompetisi berenang. Namun setelah ditelusuri, ternyata video tersebut palsu.
Reina sendiri merupakan salah satu anggota klub renang di sekolah tersebut, dan memiliki potensi besar untuk menjadi atlet profesional.
Baca Juga: Legenda 12 Shio Jepang: Asal Usul Kucing Membenci Tikus
Akibat dari tersebarnya video palsu tersebut, membuat Reina mendapatkan hujatan di media sosial mind voice. Karena tidak kuat dengan tekanan demi tekanan yang diterimanya, membuat Reina memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan melompat dari atas gedung sekolah.
Mirisnya, tragedi tersebut terjadi dengan melibatkan siswa/siswi kelas 3A, yang merupakan teman sekelas Reina.
Selama 10 hari para siswa kelas 3A disandera oleh Hiiragi untuk memberi mereka pelajaran dan menghentikan fenomena cyberbullying yang marak terjadi. Dimana salah satu kasusnya telah mengakibatkan meninggalnya Reina Kageyama.
Cyberbullying dan Bahaya yang Ditimbulkannya
Apa itu Cyberbullying? Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, Cyberbullying atau perundungan dunia maya adalah perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Biasanya terjadi pada media sosial, platform chatting, platform game, serta platform digital lainnya.
Tak beda dengan perundungan secara langsung, perundungan seperti ini juga sangat berbahaya. Bahkan dapat membuat korban mengalami depresi hebat, kecemasan, hingga bunuh diri seperti yang dialami oleh Reina Kageyama pada film Mr. Hiiragi’s Homeroom.
Berikut ini adalah beberapa bahaya yang ditimbulkan akibat dari cyberbullying:
1. Rasa Malu
Saat cyberbullying terjadi, materi, pesan, ataupun teks yang berisi penghinaan, hujatan, hingga ancaman dapat dibagikan kepada banyak orang. Akibat dari banyaknya orang yang tahu tersebut, dapat menyebabkan korban merasa terhina dan malu.
Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang berjudul Dampak Cyberbullying pada Remaja di Media Sosial, yang dipubilkasikan pada Alauddin Sceintific Journal of Nursing.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa perundungan secara online dapat memicu berbagai macam emosi dalam diri remaja. Hal tersebut akan membuatnya menarik diri dari lingkungan pergaulan. Selain itu, korban juga akan merasa rendah diri.
2. Percobaan Bunuh Diri dan Self-Harm
Berdasarkan penelitian yang disajikan dalam jurnal ilmiah berjudul Ide Bunuh Diri pada Korban Bullying, korban Cyberbullying akan merespons perasaan depresi yang dialami dengan melukai diri sendiri hingga ide untuk melakukan bunuh diri.
3. Depresi dan Kecemasan
Korban cyberbullying sangat rentan terhadap kecemasan, depresi, serta kondisi terkait stres lainnya. Tekanan tambahan yang terjadi secara terus menerus dari cyberbullying juga dapat menghilangkan perasaan bahagia serta kepuasan korban. Hal ini juga dapat meningkatkan perasaan khawatir dan dikucilkan pada korban.
4. Kurangnya Rasa Percaya Diri
Pelaku cyberbullying umumnya akan menyerang hal-hal yang ada di kehidupan korban, yang membuat korban rentan. Contohnya seperti, pelaku cyberbullying akan menargetkan korban dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya. Intimidasi secara online seperti ini akan berdampak pada harga diri korban.
Korban mungkin akan merasa ragu terhadap dirinya sendiri, sehingga mereka akan menghindarkan dirinya dari berinteraksi dan beraktivitas.
5. Tidak Berdaya
Korban cyberbullying kerap kali merasa sulit untuk menemukan keamanan. Mereka mungkin juga akan merasa rentan dan tidak berdaya.
Perasaan seperti ini muncul karena intimidasi digital yang dapat mereka terima melalui komputer, ponsel, atau perangkat elektronik lain setiap saat dan setiap waktu. Sehingga membuat mereka merasa tidak lagi memiliki tempat aman untuk melarikan diri.
Demikian sedikit sinopsis dari film Mr. Hiiragi’s Homeroom dengan pesan yang disampaikannya tentang bahaya dari tindakan cyberbullying.
Film Mr. Hiiragi’s Homeroom sendiri dapat memberikan kita pelajaran betapa berbahayanya hoax dan tindakan cyberbullying itu sendiri.
Selain itu, film Mr. Hiiragi’s Homeroom di sini juga dapat menyajikan pesan moral dan sosial dengan sangat apik. Bahkan sangat relate dengan kehidupan di zaman serba digital seperti sekarang ini.
Dari sini, penulis mengajak kepada rekan-rekan pembaca sekalian untuk lebih bijak lagi dalam bermedia sosial. Jangan sampai apa yang kita sampaikan, dan apa yang kita sebarkan di media sosial justru dapat menyakiti orang lain. Bahkan lebih parahnya dapat membawa petaka pada kehidupan kita atau orang di sekitar kita.
Bagi kalian yang tertarik untuk menonton cerita pak guru Hiiragi dalam memberi pelajaran kepada murid-muridnya, kalian bisa menyaksikannya melalui platform streaming seperti Netflix, BStation atau Prime Video.
Sekian, terima kasih.(*)
Referensi:
Desmiarti. (2023, September 11). Dampak Psikologis bagi Korban Cyberbullying “Luka yang Tak Terlihat”. Diambil kembali dari Kemenkes: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2788/dampak-psikologis-bagi-korban-cyberbullying-luka-yang-tak-terlihat
Fadli, R. (2023, November 28). Mengenal Cyberbullying: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya. Diambil kembali dari Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-cyberbullying-penyebab-dampak-dan-cara-mengatasinya?srsltid=AfmBOorK-7-vyr5g4VECIVdoD8q6KO095EDHzxBXx7SeOBCOt8t6AkMB
Kumala, A. P. (2020, Desember 14). DAMPAK CYBERBULLYING PADA REMAJA. Diambil kembali dari Alauddin Scientific Journal of Nursing: https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/asjn/article/view/17648
Kurniasari, A. D. (2020, Oktober 8). IDE BUNUH DIRI PADA KORBAN BULLYING. Diambil kembali dari Character: Jurnal Penelitian Psikologi: https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/36075