Oedipus merupakan salah satu tokoh dalam cerita mitologi Yunani. Ia diceritakan sebagai seorang raja dari Thebes yang menikahi ibunya sendiri.
Sekilas kisah Oedipus ini hampir mirip dengan kisah Sangkuriang yang berkembang di kalangan masyarakat Sunda. Bedanya dalam kisah Oedipus tidak ada adegan menendang perahu yang kelak menjadi gunung.
Sebenarnya ada banyak versi cerita tentang Oedipus ini, namun salah satu yang paling populer yaitu kisah yang ditulis oleh Sophocles, seorang penulis Yunani kuno yang menuliskan kisah Oedipus dengan judul “Oedipus The King, Oedipus at Colonus, and Antigone.”
Baca Juga: Tergoda Rayuan Laut Tanjung Bira
Bagaimanakah kisah tentang Oedipus, si Sangkuriang versi Yunani ini? Mari kita simak kisahnya berikut.
Kelahiran Oedipus
Diceritakan seorang raja di Thebes bernama Laius dan istrinya Ratu Jocasta yang telah lama tidak memiliki anak berkonsultasi kepada seorang peramal bernama Pythia, atau lebih dikenal sebagai Oracle Delphi, seorang pendeta wanita dari kuil Apollo di Delphi.
Laius bertanya-tanya mengapa istrinya, Jacosta tak kunjung hamil?. Oracle pun memberi jawaban atas rasa penasarannya itu dengan memberi peringatan kepada Laius bahwa siapapun kelak putranya yang lahir, ia akan membawa mala petaka untuknya.
Diramalkan kelak putranya akan membunuh Laius dan menikahi Jacosta. Mendengar hal tersebut, Laius tentu merasa tidak senang. Ia sangat marah dan bersumpah akan menggagalkan ramalan tersebut.
Pada suatu ketika, Laius yang mabuk berat secara tidak sadar telah menggauli istrinya. Setelah mendapatkan kesadarannya kembali ia baru teringat akan ramalan yang dikatakan Oracle padanya.
Ia berharap bahwa Jacosta tidak akan hamil. Namun takdir berkata lain, buah dari pergaulannya dengan Jacosta saat itu berhasil membuat istrinya tersebut hamil.
Waktu terus berlalu, bayi yang dikandung Jacosta akhirnya terlahir ke dunia. Laius yang bertekad berusaha menggagalkan ramalan Oracle menusuk pergelangan kaki bayi itu dan mengikatnya dengan tali.
Kemudian Ratu Jacosta menyerahkan bayi itu kepada seorang pelayan dan memerintahkannya untuk menenggelamkan bayi tersebut ke sebuah sungai.
Pelayan yang merasa kasihan dan tak tega menenggelamkan bayi tersebut, akhirnya meninggalkan bayi Laius itu di lereng sebuah gunung.
Oedipus Sang Pahlawan
Beberapa waktu berlalu, hingga seorang gembala menemukan bayi Laius dan menyerahkannya kepada raja dari Korintus bernama Polybus dan istrinya Ratu Merope yang tak memiliki keturunan.
Mereka memberi nama bayi itu Oedipus yang berarti ‘Kaki Bengkak’. Hingga Oedipus beranjak dewasa, ia tak mengetahui bahwa raja dan ratu Korintus bukanlah orang tua kandungnya.
Suatu ketika Oedipus mengunjungi seorang peramal, dan kebetulan peramal itu adalah Oracle. Peramal yang sama dengan yang orang tua kandungnya kunjungi dulu.
Disana ia tidak diberitahu tentang siapa orang tua kandungnya, ia hanya diberi tahu bahwa kelak ia akan membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Oedipus yang tidak menginginkan hal tersebut terjadi akhirnya melarikan diri dari Korintus menuju ke Thebes.
Dalam perjalanannya menuju Thebes, Oedipus melewati daerah yang bernama Phocis, yaitu sebuah tempat pertemuan antara tiga jalan.
Disana Oedipus berjumpa dengan seorang raja beserta iring-iringan pelayannya (saat itu ia tak tahu bahwa yang dihadapannya adalah seorang raja sekaligus ayah kandungnya).
Baca Juga: BAHAYA! Jangan Letakkan Benda Sembarangan di Atas Rel Kereta Api, Bisa Dihukum Seumur Hidup
Sang raja itu memerintahkan Oedipus agar tidak menghalangi jalannya, ia tak tahu bahwa pemuda di hadapannya itu adalah anak kandungnya.
Akan tetapi Oedipus menolak perintah tersebut hingga mereka terlibat dalam sebuah perkelahian, yang berujung pada terbunuhnya Sang Raja beserta pelayannya.
Setelah kejadian itu Oedipus melanjutkan perjalanannya menuju Thebes. Saat perjalanannya itulah ia bertemu dengan Sphinx yang dikirim oleh Dewa Hera untuk menyerang warga Thebes.
Sphinx akan memberikan teka-teki kepada setiap orang yang ia temui. Bagi siapapun yang tidak bisa menjawab teka-tekinya akan ia makan hidup-hidup.
Sayangnya warga kota Thebes tak ada yang berhasil menjawab teka-teki dari Sphinx. Hal ini tentu membuat resah dan ketakuan warga kota Thebes.
Creon, penguasa sementara Thebes menggantikan Laius mengumumkan suatu sayembara kepada siapapun yang bisa mengalahkan Sphinx dan membebaskan kota dari terornya, ia akan diberikan tahta kerajaan Thebes dan dinikahkan dengan saudarinya yang tak lain adalah Jacosta, janda dari Laius.
Oedipus yang mendengar sayembara tersebut akhirnya pergi menemui Sphinx untuk menjawab teka-teki darinya.
Saat bertemu dengan Oedipus, Sphinx mengajukan teka-teki berbunyi “Apa yang berjalan menggunakan empat kaki di pagi hari, dua kaki di siang hari dan tiga kaki di malam hari?”.
Karena kecerdasannya dengan mudah teka-teki dari Sphinx itu dijawab oleh Oedipus, ia menjawab “Jawabannya adalah manusia. Manusia berjalan dengan merangkak saat masih bayi, lalu berjalan dengan berdiri menggunakan dua kaki saat beranjak dewasa, dan saat tua ia akan menggunakan bantuan tongkat untuk menopangnya berdiri”. Sphinx pun akhirnya menjatuhkan dirinya kedalam sungai karena telah dikalahkan oleh Oedipus.
Menjadi Raja Thebes
Mendengar berita bahwa Sphinx telah dikalahkan, membuat Creon dan warga kota Thebes merasa sangat senang. Oedipus pun dianggap sebagai pahlawan dan diangkat menjadi raja.
Ia juga dinikahkan dengan Jacosta (janda Laius) yang tanpa ia ketahui adalah ibu kandungnya sendiri. Dari pernikahan haramnya ini ia dikaruniai empat orang anak, yaitu Eteocles, Polyneices, Antigone dan Ismene.
Di awal pemerintahannya Thebes menjadi kota yang makmur dan damai. Namun setelah bertahun-tahun berlangsung Thebes yang makmur ditimpa musibah.
Wabah penyakit menyerang kota, pertanian gagal panen, dan hewan ternak banyak yang mati. Oedipus pun mengirim utusan untuk menanyakan solusi musibah ini kepada Pythia Phoebus atau Oracle.
Saat utusan itu kembali ia membawa pesan dari sang peramal bahwa apa yang menimpa Thebes saat ini adalah hukuman atas dibunuhnya Laius Sang Raja.
Saat Oedipus sedang sibuk mencari siapa penjahat yang telah membunuh Laius, datang seorang peramal yang mengungkapkan bahwa Oedipus sendirilah yang telah membunuh Laius, dan ia sebenarnya adalah anak kandung dari Laius.
Akhir Hidup Oedipus
Jocasta yang mengetahui kebenaran itu merasa sangat malu dan akhirnya memilih untuk menggantung dirinya sendiri dengan menanggung segala rasa malunya.
Sementara Oedipus yang tidak bisa menerima kenyataan ini akhirnya mencongkel matanya sendiri dan mengasingkan diri dengan membawa serta dua putrinya sebagai pemandu. Sementara dua putranya yang lain ia tinggalkan di Thebes untuk mewarisi tahka.
Akan tetapi sebelum meninggalkan Thebes, Oedipus mengutuk kedua putranya bahwa kelak mereka akan melakukan perang saudara untuk berebut kekuasaan.
Oedipus Sang Pahlawan penyelamat Thebes akhirnya menjalani sisa hidupnya dalam pengasingan yang dipenuhi kegelapan hingga akhir hayatnya.
Itulah sedikit cerita singkat tentang kisah hidup Oedipus, raja yang membunuh ayahnya dan menikahi ibunya sendiri. Semoga cerita di atas dapat memberi manfaat bagi kita semua. Jika ada yang mau didiskusikan, silakan langsung coret-coret di kolom komentar. Terima kasih.(*)