Perkembangan zaman telah mengubah segalanya. Termausk juga habbit dan karakter manusia yang hidup di dalamnya.
Namun, ada sifat dasar manusia yang tidak akan dapat dihilangkan meski zaman berubah. Yaitu mencari pembenaran dan mengkambing hitamkan keadaan. Sifat tersebut tidak akan pernah hilang, bahkan justru berpotensi akan semakin berkembang.
Sebagai contoh yang banyak ditemui yaitu kecenderungan seseorang untuk menyalahkan dunia (keadaan yang menimpanya), atas ketidak mampuan dirinya dalam menghadapi realita.
Beberapa yang sering kita jumpai yaitu, anak-anak sekolah usia baligh (yang seharusnya sudah dapat berpikir) merasa bahwa dunia tidak adil. Perasaan tersebut muncul hanya karena ketidak beruntungannya terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja (atau bahkan tidak mampu).
Baca Juga: Barru Indah Sejahtera
Sebenarnya hal itu bukanlah sesuatu hal yang salah. Toh juga tidak ada yang bisa memilih akan terlahir di keluarga yang seperti apa.
Yang menjadi masalah adalah, dia tidak mampu untuk menyesuaikan kondisi dirinya dengan standar kehidupan yang ingin ia jalani. Anak baligh tersebut menganggap bahwa hidup yang ideal adalah seperti teman-temannya yang memakai pakaian bagus, gadget canggih, dan motor keren saat berangkat sekolah. Hal itu kemudian membuatnya berpikiran bahwa hidupnya adalah bukan kehidupan yang seharusnya ada di dunia ini, sehingga membuatnya menyalahkan keadaan.
Padahal, esensi dari sekolah adalah belajar. Bukan bergaya. Lalu kenapa kita harus memaksa terlihat estetik, kalau dengan penampilan biasa saja kita masih bisa belajar dengan baik?
Kemudian ada juga seorang pria yang FOMO ingin melakukan olahraga seperti teman-temannya. Entah itu lari, berenang, atau yang lain. Namun, ia memandang bahwa olahraga yang baik harus didukung dengan penampilan yang baik pula. Sehingga membuatnya kerepotan untuk selalu mencari baju, celana, sepatu, dan peralatan lain yang bagus agar dapat ia gunakan untuk berolahraga, dan tentunya agar enak dipandang orang lain. Sayangnya, kondisi keuangan dengan standar kehidupan yang ia inginkan tidak linear, yang membuat pria tersebut menyalahkan keadaanya.
Baca Juga: Ilmu Tuhan Itu Luas
Padahal, esensi dari olahraga adalah habbit dan kegiatannya. Mau menggunakan pakaian seperti apapun tidak ada masalah. Kalaupun memang benar-benar ingin olahraga, memakai sepatu harga murah pun bisa. Memakai pakaian kaos biasa pun bisa, bahkan tidak usah pakai baju juga masih bisa. Tidak perlu memakai atribut yang mahal juga masih oke. Lantas mengapa harus memaksakan diri untuk memenuhi ekspektasi orang lain yang justru akan merepotkan kita? Toh juga belum tentu orang lain peduli dengan apa yang kita kenakan.
Ada lagi seorang staff pegawai biasa yang suka mendengarkan musik. Tanpa menggunakan alat tambahan sebenarnya ia sudah bisa menikmati musik favoritnya. Namun, ia malah merepotkan dirinya dengan membeli earphone dengan harga yang lumayan mahal (bahkan sampai juta-jutaan).
Kalaupun memang dibutuhkan earphone untuk privasi dan menghormati orang di sekitarnya, sebenarnya tidak perlu earphone mahal-pun juga bisa.
Kemudian yaitu yang sering dilakukan anak-anak muda zaman sekarang. Nekat nongkrong di coffe shop mahal hanya untuk menikmati kopi (dan bergaya juga). Padahal di warung kopi angkringan pun sudah bisa melakukan hal tersebut. Bahkan kalau beruntung bisa menambah pelajaran dan wawasan tentang kehidupan dari orang-orang yang memang hidup di lapangan.
Satu lagi, yang banyak diderita anak muda di zaman ini. Yaitu haus akan validasi, namun tidak sesuai dengan fungsi dan kondisi diri. Yang paling banyak terjadi diantaranya yaitu penggunaan gadget dengan merek tertentu. Banyak anak muda sekarang kalau tidak menggunakan gadget merek tersebut maka ia dianggap kuno dan ketinggalan zaman.
Baca Juga: Judi Tongkrongan Lebih Baik Daripada Judi Online
Lebih ekstreme lagi, ada orang-orang tertentu yang menghubungkan antara merek gadget tertentu dengan karakter, tingkat kekayaan, tingkat intelektualitas, dan bahkan orientasi seksual seseorang. Hal ini cukup aneh dan tidak masuk akal. Namun justru hal yang seperti ini sekarang banyak dipegang dan dipercayai orang-orang.
Mungkin itu sedikit keresahan dan pikiran bodoh yang muncul di otak penulis. Tentunya masih banyak kasus-kasus lain serupa yang ada di dunia ini. Mungkin rekan-rekan pembaca bisa merenungi dan menemukannya sendiri di lingkungan sekitar. Atau mungkin rekan-rekan sendirilah pelakunya?. Mari berpikir bersama.
Intinya adalah, hidup ini sebenarnya simpel dan mudah. Hanya saja terkadang kita menetapkan standar-standar aneh yang membuat diri kita kesusahan. Kunci agar dapat menghadapinya yaitu dengan menikmati apa yang kita punya, mensyukuri apa yang ada, dan merasa cukup dengan apa yang kita terima.
Oh ya, sedikit disklaimer. Tulisan di atas bersumber dari keresahan dan berdasarkan sudut pandang pikiran bodoh penulis saja. Bisa jadi ada beberapa bagian yang kurang pas atau bahkan tidak sesuai dengan bidang keilmuan yang ada. Demikian yang dapat penulis sampaikan pada tulisan kali ini. Jika ada salah dan kurang penulis mohon maaf. Semoga dapat dipahami. Dan kalau ada yang kurang pas di hati pembaca, mari kita diskusikan bersama. Terima kasih.(*)