Suatu ketika saat saya melakukan pekerjaan rutin di ruang kerja, saya didatangi oleh seorang teknisi kereta api yang memang harus menandatangani berkas administrasi untuk perjalanan KA.
Setelah ia tanda tangani berkas tersebut, seperti biasa saya harus memfotonya sebagai tanda bukti laporan.
Saat itulah tiba-tiba saya mendapatkan pertanyaan dari teknisi tersebut, yang tidak pernah saya perkirakan sebelumnya.
“Loh mas, hp mu kok ngga Iphone?”
Sedikit tersentak saya mendengarnya. Lalu dengan lugu saya menjawab.
“Eh, engga mas, saya ga bisa pakai Iphone. Lagipula hp ini juga udah enak buat kerja.” (Hp yang saya pakai adalah Samsung A24).
“Oh begitu ya mas. Soalnya tadi aku lihat teman-temenmu sudah pada pakai Iphone semua.” Kata mas teknisi itu.
“Hehe, engga mas.” Jawabku sekenanya.
Baca Juga: Dunia Tidak Berjalan Sesuai Keinginanmu
Itulah sedikit penggalan cerita percakapan yang saya alami beberapa waktu lalu. Awalnya saya merasa biasa saja, namun setelah saya pikir-pikir malah jadi kepikiran.
Dari percakapan singkat itu, saya berpikir “memangnya kenapa harus Iphone?”. Apa yang melekat pada barang itu hingga ia menjadi sebuah standar tertentu? Apakah memang karena kualitas produknya yang bagus? Ataukah fiturnya yang mumpuni? Atau malah hanya sekedar simbol yang menunjukkan status dan kelas suatu kelompok tertentu?
Setalah saya melakukan beberapa riset kecil-kecilan, memang Iphone memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan Android atau smartphone lainnya. Sebut saja seperti sistem keamanan yang mumpuni, kamera yang lebih jernih dan stabil, antar muka yang user friendly, kinerja yang cepat dan lain sebagainya.
Namun, di tengah perkembangan teknologi yang makin masif seperti saat ini, saya rasa hal itu sudah bukan lagi menjadi sesuatu yang terlampau istimewa sehingga patut untuk diglorifikasi sedemikian rupa.
Baca Juga: Ngrasani, Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa
Zaman sekarang sudah banyak smartphone yang fitur dan teknologinya menyamai Iphone. Bahkan beberapa sudah melakukan inovasi yang lebih daripada smartphone apple tersebut. Misalnya seperti Xiaomi dengan kamera Leica-nya, Samsung dengan Knox dan Galaxy AI nya, hingga Huawei dengan teknologi chipset, kamera dan AI nya.
Kalau saya boleh katakan, saat ini Iphone sudah bukan lagi ‘raja’ dalam dunia teknologi.
Payahnya lagi, orang-orang yang sekarang menggunakan Iphone ternyata banyak yang tidak dapat memaksimalkan fitur dan fungsi yang ditawarkan. Mereka hanya FOMO ikut-ikutan teman-temannya yang pada menggunakan Iphone.
Mereka cenderung hanya mencari validasi dari orang di sekitarnya biar terkesan sudah berada pada taraf kemapanan tertentu, alih-alih benar-benar menjadi mapan.
Tak hanya itu, banyak dari mereka yang bahkan tidak peduli dengan fitur dan teknologi Iphone. Asal ada logo apel ‘krowak’ yang dapat dilihat dan ditunjukkan ke orang lain saja mereka akan melakukan segalanya untuk mendapatkan barang itu.
Mirisnya lagi, bahkan sampai ada pihak-pihak yang menyebut bahwa okupansi hotel akan meningkat setiap perilisan Iphone baru, karena apa? Ya karena banyak orang-orang yang menjajakan dirinya demi mendapatkan uang, sehingga dapat membeli Iphone versi terbaru. Walaupun ungkapan itu hanya omong kosong dan suudzon dari pihak-pihak tertentu saja. Karena fakta penelitian menyebutkan hal yang berbeda.
Baca Juga: Korban-korban Kapitalisme
Sebenarnya tidak masalah apapun gadget kalian, itu soal pilihan. Yang jadi masalah adalah jika kalian memaksakan diri untuk memiliki barang itu, namun kemampuan kalian mengatakan sebaliknya.
Ditambah lagi dengan kemudahan mendapatkan pinjaman di zaman sekarang, seperti PayLater, Pinjol dan lain-lain, yang sangat menggoda ego dan gengsi kita. Memang sekilas hal tersebut memudahkan bahkan sangat membantu kita, namun secara tidak sadar mereka justru dapat menjadi jebakan buat diri kita sendiri.
Bagi mereka yang memang memiliki kemampuan untuk membeli Iphone – dengan metode apapun – ya fine, silakan. Tapi bagi kalian para pejuang UMR, yang gajinya masih pas-pasan, yang masih memiliki banyak tanggungan, saran saya pikirkan lagi baik-baik setiap keputusan finansialmu, syukur kalau bisa sedikit menurunkan ego dan gengsimu. Jangan sampai kalian menjadi budak gengsi.
Kesimpulan
Pada akhirnya, mari kita hidup menurut porsi kita masing-masing, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Tak perlu merasa terlalu rendah diri hanya karena kita tertinggal dari teman kita. Semua orang punya jalan dan masanya sendiri.
Tidak semua yang menjadi tren harus kita ikuti. Jangan minder hanya karena dikatain hp mu jelek, seleramu rendah. Selama kamu bahagia dan tenang dengan apa yang kamu miliki sekarang, maka nikmatilah itu.
Menjadi keren tidak melulu soal penampilan. Keren yang sebenarnya adalah saat kamu dapat menggunakan otakmu dengan baik, dan dari orakmu itulah muncul manfaat bagi banyak orang.
Sebagai penutup, izinkan saya mengutip pernyataan Morgan Housel dalam bukunya The Psychology of Money, “Kekayaan sejati bukanlah apa yang terlihat, melainkan apa yang tak terlihat.”(*)
Nb. Artikel ini dibuat tidak untuk mempromosikan atau menyudutkan pihak manapun. Tulisan ini muncul murni dari keresahan hati penulis.