Belakangan ini banyak bertebaran di media sosial orang-orang yang mencurahkan keresahannya tentang hidup mereka.
Tak sedikit dari mereka yang justru bukannya menikmati hidup dengan santai dan enjoy, tapi malah mengeluhkan kehidupan yang mereka jalani. Seakan banyak sekali masalah yang menimpa mereka hingga mereka merasa tidak kuat lagi untuk menjalani kehidupan.
Bukannya saya meremehkan atau membandingkan masalah hidup masing-masing orang, tapi mari kita berpikir sejenak, mari kita merenung sejenak tentang kehidupan ini.
Baca Juga: Tergoda Rayuan Laut Tanjung Bira
“Menikmati Hidup”, sebuah frasa yang tidak semua orang bisa mempraktikkannya. Bahkan banyak dari orang-orang yang justru memilih untuk menutup frasa tersebut dengan mengakhiri lembaran hidupnya.
Memang tidak ada manusia yang meminta untuk dilahirkan di dunia ini. Tapi tidak ada juga manusia yang bisa menolak untuk tidak dilahirkan di dunia ini.
Lalu, apa seharusnya yang dapat dilakukan untuk kita yang sudah terlanjur lahir di dunia yang fana dan penuh dengan huru-hara ini?
Jawabannya cuma satu, Nikmati Hidupmu!
Pada dasarnya semua manusia takut akan rasa sakit, dan sayangnya kematian itu menyakitkan. Entah kematian karena bunuh diri, dibunuh, keracunan, tenggelam, sakit atau apapun itu. Rasa sakit akan tetap dirasakan saat kematian itu menghampiri, entah berlalu dengan cepat atau dengan perlahan.
Baca Juga: Memendam Rasa
Manusia yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, seakan sudah tidak memedulikan lagi rasa sakit yang harus mereka tanggung saat melakukan perbuatannya.
Memang mengakhiri hidup dengan bunuh diri dapat lebih cepat membuat manusia mengakhiri permasalahannya. Namun, itu hanya untuk dirinya sendiri.
Sementara itu, orang lain yang menemukannya bunuh diri, sedikit banyak pasti akan kerepotan. Entah orang tua yang akan menyesali tindakannya, tetangga yang akan heboh satu kampung, atau pihak berwajib yang akan repot membuat laporan dan penyelidikan. Di sini dapat dikatakan bahwa orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri adalah orang yang penuh masalah, saat hidup dia membawa masalah, sudah mati pun dia masih meninggalkan masalah. Pada akhirnya kau hanya akan jadi sumber masalah.
Memang hidup ini penuh dengan tantangan, rasa sakit dan ketidakpastian, namun bukan berarti kau harus mengakhirinya. Kau sudah terlanjur dilahirkan, maka jalani saja kehidupan ini.
Buka matamu, lihat sekelilingmu, masih banyak orang yang punya masalah, bahkan lebih besar dari apa yang kamu hadapi selama ini. Cobalah untuk berjalan-jalan keluar rumah, bisa ke lampu merah, perempatan jalan, ke minimarket, atau ke pemukiman kumuh di pinggiran sungai.
Lihatlah mereka yang hidup di tempat-tempat itu. Apa kamu pikir mereka tidak punya masalah?. Mereka juga punya masalah di kehidupannya. Namun, alih-alih mengakhiri hidup, mereka justru memilih untuk melanjutkan hidup dan berjuang melawan masalah-masalah itu.
Oke, misal masalahmu memang sebesar itu. Mari renungkan sejenak apakah dalam satu hari itu kamu masih bisa makan dan minum? Kalau iya maka bersyukurlah.
Lalu, apakah dalam satu hari itu kamu masih bisa tidur dan bangun lagi? Jika iya maka bersyukurlah.
Apakah dalam satu hari itu kamu masih bisa berjalan, membuka mata atau bergerak? Kalau iya maka bersyukurlah.
Pertanyaan tersebut bukanlah main-main. Di sini saya mencoba untuk mengajakmu berpikir dan merenung, dari sekian banyak masalah yang menimpamu, apakah lebih besar dari nikmat hidup yang kau terima? Ataukah lebih sedikit dari nikmat yang kau dapat?.
Berhentilah melihat dari sisi negatif, cobalah untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif. Masih banyak manusia baik yang mau dimintai tolong. Masih banyak tempat yang bisa membuat kita bahagia. Dunia ini indah, dunia ini seru, maka mari nikmati bersama.
Silakan direnungkan sendiri.
Intinya, selama kamu masih bisa bernafas, maka selama itu juga kamu punya kemampuan dan kesempatan untuk melawan dunia. Jangan mau dipermainkan dunia, mari bersama kita mainkan dunia ini!
Nb. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk meremehkan masalah kesehatan mental. Penulis justru ingin mengajak rekan-rekan pembaca untuk bersama-sama menjaga dan memperkuat kesehatan mental masing-masing. Jika ada dari kalian yang merasa butuh bantuan terkait kesehatan mental, silakan hubungi pihak yang berkompeten di bidangnya.
**Ditulis di Barru, 19 Juli 2024 pada pukul 11.32 WITA